Senin, 27 Januari 2014

"Paradigma Nilai, Kecurangan, dan Ilmu Pengetahuan"

Assalamu'alaikum,,,
Ditengah ke-rempong-an saya mengurus laporan praktikum dan mengingat jadwal responsi praktikum saya esok hari, ada hal yang belakangan ini sedikit mengganggu pikiran saya (sebenernya sih bukan mengganggu lebih tepatnya meng-gentayangi, hehe). Beberapa minggu yang lalu saya sudah melalui ritual ujian akhir semester untuk semester 3 ini. Dan nilai beberapa mata kuliah pun sudah keluar. Emaakkk,,,menyaksikan nilai-nilai saya yang do-mi-la-re-si sungguh memberikan sensasi menyengat yang luar biasa. yu kno what the maksdu :).

 (tapi nilai saya belum ada E, F, hope gak bakal ada )
Okay terlepas dari betapa mengharukannya nilai-nilai saya yang A, B, C, B+, C+, D+ mari kita membahas sedikit hal yang mengganggu pikiran saya yaitu tentang sebuah kata ajaib bernama "nilai". Ketika dahulu dibangku SD, MTs (read: SMP), dan awal SMA saya termasuk orang yang bisa dibilang teramat sangat menomor satukan nilai.

 (kayak gini nih, nomor satu pake tanda pager pula)

Bagi saya nilai itulah yang akan membuat saya bisa meraih peringkat 1, 2, 3, dibangku sekolah. Sehingga apa pun akan saya lakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus, termasuk melakukan kecurangan saat ujian (itu dulu lho ya). Perlahan entah kenapa saya sering merasa tersindir dengan kata-kata "nilai itu nggak penting, yang penting itu ilmunya", "dapet nilai jelek itu lebih terhormat, ketimbang dapet nilai bagus tapi nyontek". Saya mulai mencari banyak hal tentang "kecurangan saat ujian" yang mana sih yang dimaksud kecurangan?, apa yang saling kasi tau temen alias barter jawaban ujian?, ato yang copas langsung dari coretan kecil yang sebelumnya ditulis dengan jurus kepepet sebelum masuk ujian? Dan pada akhirnya saya menemukan jawabannya. Semester 3 SMA saya kibarkan bendera permusuhan dengan segala hal yang berbau "kecurangan saat ujian". Kemudian saya ubah paradigma saya tentang arti sebuah "nilai". Saya tanamkan bahwa "nilai itu nggak penting, yang penting itu ilmunya. Alhasil saya jadi nggak pedulian  dengan nilai mata pelajaran kimia saya yang super duper jelek. Penyebabnya jelek adalah pertama saya mulai nggak paham-paham dengan kimia (padahal semester satu dapet nilai tertinggi pas ujian), kedua.gurunya bener-bener bikin puyeng (ato saya yang kelewat dodol kali ya), ketiga.setiap ujian saya mulai belajar nggak nyontek, jadi deh nilai saya amburadul. Saya selalu mengeluarkan jurus ampuh saya ketika mendapat serangan dari teman yang mengejek nilai saya yang nggak nyontek "ini hasil kejujuran saya, saya nggak nyontek, murni!!!". Saya mulai bertanya-tanya, apa pemikiran saya tentang "nilai" ini benar ya?? Apa iya saya mau nilai kimia saya dirapor amburadul gara-gara saya berpikir nilai itu nggak penting?

(#bingung)

Dan pada akhirnya sekarang saya menemukan jawabannya (kok lama bener,,hiyah). Mulai dari paradigma sebuah nilai. Ternyata pemirsa nilai itu penting, kenapa demikian. Karena nilai itulah yang akan menjadi pemacu dan acuan bagi kita untuk terus lebih baik. Ia yang akan mengajarkan kita untuk terus berusaha dan bersabar ketika hasil yang kita dapatkan tidak sesuai. Ia juga yang mengajarkan kita untuk selalu menjadi lebih baik lagi ketika hasil yang kita dapat maksimal. Namun bukan berarti kita kalap sehingga menempuh jalan yang kotor untuk memaksimalkan nilai itu. Nilai itu penting namun ia bukan segala-galanya. Ada yang berhak menempati posisi diatas nilai yaitu ilmu pengetahuan. Kenapa? Karena ilmu-lah yang membuat kita bisa membaca, menulis dan yang lainnya. Ilmu yang membuat kita bisa memiliki nilai. Ilmu yang membuat kita mengenal pencipta kita. Ilmu yang membuat kita bisa beradaptasi dilingkungan sosial, karena dulu kita pernah belajar ilmu sosial. Segala hal yang kita lakukan adalah karena ilmu yang kita miliki.

Terakhir tentang kecurangan, kecurangan yang saya maksud disini adalah kecurangan saat melakukan ujian. Bagi saya pribadi kecurangan itu bukan hanya sekedar melihat catatan yang kita bawa saat ujian, atau "kerpe-an". Lebih dari itu, menanyakan jawaban pada teman sebelah, melirik jawaban teman tanpa sepengetahuannya, membuka hp untuk melihat jawaban ujian, dan pengawas yang membiarkan peserta ujian bekerjasama mencontek adalah kecurangan tingkat tinggi bagi saya. Mari kita belajar untuk menjadi pribadi yang jujur.

(ayohaiii belajar jujur)


to be continued
ngantok :)





Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Welcome!

Komitmen, Totlitas dan Kontribusi Melangit

Details

Followers

Statistik

Linkie ♥

Translate

Pages

Pages - Menu